16 April 2011

Kondisi Perekonomian Indonesia......?

Nama              : Indra Harisman
Kelas               : 3EA12
NPM               : 10208642
Tugas              : Kondisi Perekonomian Indonesia


ASA depan ekonomi Indonesia, sering digambarkan sebagai sangat memberikan harapan. Hal itu, akan ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Peta jalan untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi itu dengan lebih melakukan keterbukaan ekonomi, dengan tetap memberikan peran pada negara. Peta jalan itu, mungkin sudah benar. Implementasinya yang mungkin masih bisa diperdebatkan. Benarkah peta jalan itu masih sejalan dengan pasal 33 UUD 1945 dan juga pasal 34 UUD 1945? Inilah pertanyan yang sederhana. Benarkah ke arah Sila kelima Pancasila? Tidak melupakan wujud keadilan sosial bagi seluruh rakyat? Jawabannya, sering tidak mudah.
Dari aspek pertumbuhan (PDB), pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 temyata masih di bawah China, India, Singapura ataupun Malaysia, masing-masing sebesar 6 persen (Indonesia), 15 persen (Singapura), 10,5 persen (China), 9,7 persen India, dan 6,7 persen (Malaysia). Kalau diekstrapolasi ke pendapatanAapita, Indonesia mungkin akan semakin rendah, mengingat pertumbuhan penduduk Indonesia tertinggi dibanding negara-negara itu. Demikian juga kalau diekstrapolasi ke arah pemerataan/kesenjangan ekonomi, Indonesia akan lebih lebar. Dari aspek peningkatan kesejahteraan bagi rakyatnya, lndone-sia (dengan sendirinya) juga tertinggal. Wujud perekonomian Indonesia, dengan demikian, belum sesuai dengan Sila kelima Pancasila. Gini coeefisiensi Indonesia juga masih tinggi. Inilah yang perlu kita renung-kan bersama, dimana salahnya?
Tidak berlebih, bahwa kita harus jujur melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari aspek potensi yang dimiliki, Indonesia mestinya bisa lebih maksimal. Indonesia memiliki sumber daya alam yang besar, jumlah penduduk yang juga besar, sehingga merupakan potensi ekonomi yang besar. Sumber daya alam yang besar, sudah tentu akan memberi peluang kemakmuran, kalau dikelola secara benar. Jumlah penduduk yang besar, kalau potensinya bisa dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan/pemupu-kan dana dalam negeri, baik berbentuk pajak, tabungan maupun program Jaminan Sosial akan mampu memupuk dana domestik yang sangat besar, sehingga akan mengurangi ketergantungan kita pada dana LN. Selain itu, juga merupakan pasar yang besar bagi industri barang/jasa dalam negeri. Bahwa potensi yang besar itu belum dapat maksimal, inilah yang perlu memperoleh perhatian kita semua. Kelemahan didalam memaksimalkan pengelolaan sumber daya alam dan jumlah penduduk yang besar ini, sempat dilaporkan sebuah majalah asing, yang membandingkan Indonesia dan China. Ditahun 1979, ketika Deng Xiao Ping memulai reformasinya, pendapatan perkapita Indonesia masih lebih tinggi dibanding China. Angka rui menjadi terbalik dalam beberapa tahun terakhir.
Kita ingin menyampaikan semua itu, agar kita bisa lebih menyadari, bahwa Indonesia (sesungguhnya) masih harus bekerja keras, cerdas, dan konsisten mengelola ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Benar, kita telah mencapai kemajuan. Namun kemajuan itu masih harus dipicu, agar semakin seimbang dengan kemajuan negara lain, khususnya negara di sekitar kita. Kalau tidak, bisa terjadi kesenjangan regional, yang tentu saja bisa berdampak buruk. Sampai kapan (misalnya) Indonesia masih harus mengirimkan TKI/TKW ke Malay-sia?Tidakkah fenomena ini telah menunjukkan adanya kesenjangan regional? Inilah PR (pekerjaan rumah) bagi pemerintah,dan kita semua yang tidak mudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar